Minggu, 28 Desember 2014

Ayam Taliwang,Lombok

SOURCE : WIKIPEDIA & GOOGLE




Halo Teman - teman keluyuran..kita balik lagi nih buat ngomongin salah satu kuliner dari Lombok!

pastinya kalo ngebahas makanan dari suatu daerah kita suka banget yah..Nah makanan dari Lombok ini gak kalah enaknya dengan kuliner dari tempat- tempat lainnya.

Ayam Taliwang adalah makanan khas TaliwangSumbawa BaratNusa Tenggara Barat yang berbahan dasar daging ayam. Daging ayam tersebut dibakar dengan bumbu cabai merah kering,bawang merahbawang putihtomatterasi goreng, kencurgula merah, dan garam. Makanan ini biasanya disajikan bersama makanan khas Lombok yang lain, misalnya plecing kangkung.


Nah buat kalian yang suka masak.. kita akan akan kasih resep untuk membuat Ayama Taliwang dan cara pembuattan pun sangat mudah
Uniknya, ayam digunakan sebagai bahan dasar kuliner ini adalah ayam kampung muda yang baru berusia 3-5 bulan. Ukurannya pun mungil seperti burung puyuh, tapi rasanya menggigit, apalagi bumbu pedasnya. Kuliner pusaka negeri ini sudah sangat terkenal di Indonesia, di Jakarta sendiri, sudah banyak resto-resto yang menyajikan menu Ayam Taliwang. Jika ingin membuat Ayam Taliwang sendiri di rumah, berikut ini resepnya.

Bahan:
1 ekor ayam kampung, belah dadanya tidak putus, tekan agar melebar
1 3/4 sendok teh air jeruk limau
2 sendok makan minyak goreng


Bumbu Halus:
5 buah cabai merah
4 buah cabai rawit
10 butir bawang merah
5 siung bawang putih 
2 buah tomat 
1 sendok teh terasi 
5 cm kencur 
2 sendok teh gula merah
1 sendok makan garam
7 sendok makan untuk menumis


Cara Membuat:
1. Tumis bumbu halus sampai harum. Tambahkan air jeruk limau. Angkat.
2. Oleskan permukaan ayam dengan minyak goreng. Bakar ayam sampai kecokelatan.
3. Tusuk-tusuk ayam lalu oles dengan bumbu.
4. Bakar sampai matang. Sajikan dengan menyiram air jeruk limau.


keluyuran-indonesia.blogspot.com

Selasa, 23 Desember 2014

Gili Trawangan, Lombok

SOURCE : GOOGLE




Halo Teman - Teman Keluyuran semuanya! kita balik lagi nih untuk kasih info - info tentang Indonesia.Nah ternyata tuh tidak hanya di bali saja loh memiliki pantai - pantai yang indah, Lombok pun mempunyai sejuta keindahan pantai, yaitu Gili Trawangan.

Gili Trawangan adalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil atau gili yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut, Trawangan memiliki fasilitas untuk wisatawan yang paling beragam; kedai "Tîr na Nôg" mengklaim bahwa Trawangan adalah pulau terkecil di dunia yang adabar Irlandia-nya. Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini.
Trawangan punya nuansa "pesta" lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.
Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dancidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
Kelebihan Gili Trawangan dibandingkan dengan pantai lain adalah kita dapat menikmati sunset dan juga sunrise sekaligus di pantai ini! Hal ini terjadi karena Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap timur dan menghadap barat, dan jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga baik sunrise maupun sunset dapat kita nikmati di pantai ini.
Di Gili Trawangan juga kita dapat melihat kesenian bela diri tradisional yang bernama presean atau stick fighting yang biasanya dipertontonkan disekitar pasar seni Gili Trawangan.

                 keluyuran-indonesia.blogspot.com

Sabtu, 20 Desember 2014

Tari Golek Menak, Yogyakarta

SOURCE : GOOGLE


Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
Karena sangat mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide itu Sultan pada tahun 1941 memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbaga.
Proses penciptaan dan latihan untuk melaksanakan ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran perdana dilaksanakan di Kraton pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun sultan. Bentuknya masih belum sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari ciptaan sultan tersebut mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu :
  1. tipe karakter puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,
  2. tipe karakter putra halus untuk Raden Maktal,
  3. tipe karakter gagah untuk Prabu Dirgamaruta
Tiga tipe karakter tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.
Melalui pertemuan-pertemuan, dialog dan sarasehan antara sultan dengan para seniman dan seniwati, maka sultan Hamengku Buwana IX membentuk suatu tim penyempurna tari Golek Menak gaya Yogyakarta. Tim tersebut terdiri dari enam lembaga, yaitu : Siswo Among Beksa, Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Mardawa Budaya, Paguyuban Surya Kencana dan Institut Seni Indonesia (ISI).
Keenam lembaga ini setelah menyatakan kesanggupannya untuk menyempurnakan tari Golek Menak (1 Juni 1988), kemudian menyelenggarakan lokakarya dimasing-masing lembaga, dengan menampilkan hasil garapannya. Giliran pertama jatuh pada siswa Among Beksa pada tanggal 2 Juli 1988.
Lokakarya yang diselenggarakan oleh siwa Among Beksa pimpinan RM Dinusatama diawali dengan pagelaran fragmen lakon kelaswara, dengan menampilkan 12 tipe karakter, yaitu :
  1. Alus impur (tokoh Maktal, Ruslan dan Jayakusuma),
  2. Alus impur (tokoh Jayengrana),
  3. Alur kalang kinantang (Perganji),
  4. Gagah kalang kinantang (Kewusnendar, Tamtanus, Kelangjajali, Nursewan dan Gajah Biher),
  5. Gagah kambeng (Lamdahur),
  6. Gagah bapang (tokoh Umarmaya),
  7. Gagah bapang (Umarmadi dan Bestak),
  8. Raseksa (Jamum),
  9. Puteri (Adaninggar seorang Puteri Cina),
  10. Puteri impur (Sudarawerti dan Sirtupelaeli),
  11. Puteri kinantang (Ambarsirat, Tasik Wulan Manik lungit, dan kelas wara),
  12. Raseksi (mardawa dan Mardawi).
Bahasa yang digunakan dalam dialog adalah bahasa bagongan. Busana yang dikenakan para penari mengacu pada busana Wayang Golek Menak Kayu, semua tokoh berbaju lengan panjang, sedangkan cara berkain menerapkan cara rampekan, kampuhan, cincingan, serta seredan disesuaikan dengan tokoh yang dibawakan.
Giliran kedua jatuh pada Pusat Latihan tari Bagong Kussudiardja diselenggarakan di Padepokan Seni Bagong Kusssudiardja sendiri. Bentuk-bentuk tari yang ditampilkan merupakan garapan baru yang bersumber dari Golek Menak, dengan mempergunakan ragam tari yang pernah dipelajari dari kakaknya, yaitu Kuswaji Kawindrasusanta (seorang peraga Golek Menak pada saat proses penciptaan tari oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX).
Beberapa tipe karakter yang ditampilkan antara alain : puteri luruh, puteri Cina, gagah bapang untuk tokoh Umarmaya, gagah kinantang untuk tokoh Umarmadi. Disamping itu ditampilkan pula sebuah garapan kelompok dari tipe gagah kinantang yang diberi nama tari Perabot Desa, dengan gendhing-gendhing yang digarap sesuai keperluan gerak tari sebagai pengiringnya.
Giliran ketiga jatuh pada Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Yogyakarta, dipimpin oleh Sunartama dan diselenggarakan pada tanggal 30 Juli 1988 S.M.K.I. menitik beratkan pada penggarapan ragam gerak yang merupakan dasar pokok dari tipe-tipe karakter dari Golek Menak dan memperhatikan gendhing-gendhing yang mengiringi tari agar penampilan tipe-tipe karakter bisa lebih kuat. Penyajian dari S.M.K.I. menampilkan tipe karakter dengan 14 ragam gerak berbentuk demonstrasi, tanpa menggunakan lakon, tata busana, tata rias, antawecana, swerta kandha tidak digarap.
Giliran keempat jatuh pada Mardawa Budaya yang menyelenggarakan lokakarya pada tanggal 9 Agustus 1988 dipimpin oleh Raden Wedana Sasmita Mardawa. Mardawa Budaya menampilkan sebuah fragmen singkat tetapi padat dengan lakon Kelaswara Palakrama. Dalam penampilannya Mardawa Budaya menampilkan 14 tipe karakter.
Giliran kelima adalah Surya Kencana pimpinan raden Mas Ywanjana, yang menyelenggarakan lokakarya pada tanggal 15 Agustus 1988. Surya Kencana memilih bentuk demonstrasi dan menampilakan 16 tipe karakter, serta berupaya memasukkan gerak pencak kembang dan silat gaya Sumatera Barat yang disesuaikan dengan rasa gerak Jawa.
Giliran keenam atau terakhir jatuh pada Institut Seni Indonesia Yogyakarta, yang menyelenggarakan lokakarya pada tanggal 22 Agustus 1988. Lokakarya bertempat di Fakultas Kesenian Kampus Utara, dipimpin oleh Bambang Prahendra Pujaswara, dengan menampilkan 15 tipe karakter dalam demonstrasinya. Demonstrasi tipe-tipe karakter kemudian disusul dengan penampilan sebuah fragmen pendek dengan lakok Geger Mukadam dipetik dari Serat Rengganis.
Para penggarap tari dari ISI Yogyakarta menitik beratkan pada garapan geraknya, iringan tari, tata busana, tata rias serta antawecana. Gerak pencak kembang dari Sumatera barat juga telah dimasukkan, bukan hanya pada adegan perang saja, tapi juga pada ragam-ragam geraknya. Bahasa yang dipergunakan untuk antawecana atau dialog adalah bahasa Jawa pewayangan.
Pada pertemuan pada tanggal 16 September 1988 dia Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, sultan menyatakan kegembiraannya, bahwa enam lembaga tari di DIY telah menanggapi dengan baik permintaan sultan. Karena hasil lokakarya itu baru merupkan hasil awal dari proses penyempurnaan tari Golek Menak, sultan mengharapkan agar segmen disusul dengan rencana kerja kedua, yaitu pada bulan Maret 1989.
Tetapi sebelum sultan sempat menyaksikan kerja kedua dari Tim Penyempurnaan Tari Golek Menak yang akan jatuh pada bulan Maret 1989, sultan mangkat di Amerika Serikat pada tanggal 3 Oktober 1988. Beberapa minggu kemudian seluruh anggota Tim sepakat untuk meneruskan penyempurnaan tari Golek Menak, meskipun sultan telah tiada. Maka dalam pagelaran hasil penyempurnaan tari Golek Menak tanggal 17 Maret 1989 itu ditampilkan demonstrasi Wayang Golek Menak serta fragmen dramatari Golek Menak dengan cerita yang sama, yaitu kelaswara palakrama atau perkawinan antara kelaswara dengan Wong Agung Jayengrana.
Tim penyempurnaan tari Golek Menak bekerja sesuai dengan petunjuk-petujuk sultan. Tetapi karena perancangan tata busana seperti yang diinginkan sultan menuntut biaya yang besar, maka tata busana untuk pagelaran itu masih menggunakan busana yang telah ada dengan tambahan serta modifikasi seperlunya.

keluyuran-indonesia.blogspot.com

Kamis, 18 Desember 2014

Oseng - Oseng Mercon,Yogyakarta

Source : http://budaya-indonesia.org/Oseng-Oseng-Mercon/#


Oseng-oseng Mercon sesuai dengan namanya, mercon yang berarti petasan, siapapun yang menikmati masakan ini dijamin akan merasakan sensasi rasa pedas seperti mercon yang meledak di lidah. Sensasi ini bukanlah perumpamaan yang berlebihan, mengingat salah satu bahan utama pembuatan Oseng-oseng Mercon adalah cabai rawit.
Proses penemuan resep Oseng-oseng Mercon sendiri berawal dari coba-coba yang dilakukan oleh orangtua Bu Narti. Pada saat Idul Adha, keluarga Narti menerima banyak daging kurban. Selain daging sapi, mereka juga memperoleh kulit, kikil, dan gajih yang oleh masyarakat Yogyakarta dikenal dengan nama koyoran. Merasa bingung dengan daging yang lumayan banyak, akhirnya tercetuslah ide untuk memasak bagian-bagian tersebut dengan menggunakan cabai rawit.
Saat Bu Narti membuka warung makan, Oseng-oseng Mercon menjadi menu utama yang ditawarkan kepada pengunjung. Tak disangka, rupanya pembeli justru menyukai menu yang sangat pedas ini. Oseng-oseng Mercon akhirnya menjadi menu yang popular di kalangan masyarakat yang berkantong cekak. Tentu saja hal ini dikarenakan sifat Oseng-oseng Mercon yang nglawuhi, karena sedikit Oseng-Oseng Mercon sudah cukup menjadi teman makan satu porsi besar nasi.
Nama Oseng-oseng Mercon sendiri merupakan pemberian budayawan Emha Ainun Najib. Dulu, para seniman dan budayawan yang sering makan di warung Bu Narti ini sering berkelakar bahwa oseng-oseng yang dimasak Bu Narti rasa pedasnya seperti mercon. Akhirnya nama itu pun digunakan hingga saat ini. Selain Oseng-oseng Mercon, banyak pula yang menyebutnya sebagai Oseng-Oseng Bledek (halilintar). Selain Bu Narti, saat ini sudah banyak warung tenda maupun warung makan yang juga menjadikan Oseng-oseng Mercon sebagai menu andalan mereka.
Keistimewaan
Sepintas lihat, tampilan Oseng-Oseng Mercon tidaklah menarik bahkan mungkin terkesan sedikit aneh. Struktur bentuknya seperti lendir bergumpal dengan irisan cabai di sana-sini. Jika didiamkan sebentar saja, maka masakan ini akan ngendal atau mengeluarkan lemak beku. Tapi Anda jangan buru-buru menyingkirkan masakan ini dari hadapan Anda. Cobalah sesuap dengan nasi putih hangat, dijamin Anda akan meneruskan makan Anda hingga suapan terakhir. Perpaduan rasa pedas dan nikmat akan segera menghilangkan semua ingatan tentang bentuknya yang aneh.
Menurut para penikmat Oseng-oseng Mercon, justru rasa pedas itulah yang membuat ketagihan. Ibarat makan sambal, sudah tahu pedas masih tetap mencobanya. Bahkan, meski berujar sudah kapok dengan menu yang membakar lidah ini, mereka justru sering mencobanya lagi dan lagi hingga menjadi penikmat masakan ini.



keluyuran-indonesia.blogspot.com

Selasa, 16 Desember 2014

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat,Yogyakarta

Source : Google

Halo teman-teman keluyuran kembali bersama kami Keluyuran.id untuk membahas daerah - daerah tentang Indonesia.
Nah, pada minggu ini kita akan membahas tentang salah satu tempat wisata di Yogyakarta.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa YogyakartaIndonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawayang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan  yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.




keluyuran-indonesia.blogspot.com

Jumat, 12 Desember 2014

Sate Lilit,Bali



Haloo Teman - teman keluyuran kali ini kita akan membahas tentang kuliner dari Pulau Dewata Bali yang terkenal.Kuliner tanah air nampaknya tidak bisa dipisahkan dengan sate. Selain sate yang dengan mudah kita temukan hampir di seluruh pelosok seperti sate kambing dan sate ayam, masing-masing daerah memiliki jenis sate yang khas berasal dari daerah itu sendiri, sebut saja misalnya sate maranggi di daerah Purwakarta atau sate klatak di Yogyakarta. Di Bali kita mengenal sate lilit.
Kalau anda belum mengenalnya, sebaiknya anda menyempatkan diri untuk mencicipinya di kunjungan anda berikutnya, karena sate lilit merupakan salah satu kuliner Bali yang sangat populer, baik di kalangan masayarakat Bali sendiri maupun di kalangan turis, termasuk turis mancanegara. Sate lilit dengan mudah dapat kita temukan dari pedagang yang berjualan ala kaki lima, warung makan, sampai restoran papan atas termasuk yang merupakan bagian dari hotel bintang lima.
Gurihnya sate lilit dapat dinikmati siapa saja, termasuk mereka yang beragama Islam, karena pada umumnya sate lilit terbuat dari daging ikan laut. Di tempat-tempat tertentu ada juga sate lilit berbahan daging ayam dan daging babi, tetapi secara umum kebanyakan sate lilit berbahan dasar ikan laut. Jika anda ragu, silahkan bertanya terlebih dahulu pada penjualnya. Sebagian penjual sate lilit juga menawarkan sate ikan yang bentuknya lebih mirip dengan sate yang biasa kita kenal, potongan daging ikan yang ditusuk kemudian dibakar, dan pepes daging ikan.
Meskipun namanya sate lilit, jangan berfikir anda akan menemukan bentuk seperti ular yang melilit di tusuk sate. Daging ikan dilumatkan terlebih dahulu kemudian baru “dililitkan” di tusuk sate setelah dicampur dengan berbagai bumbu dan bahan lainnya, sehingga dari bentuknya kelihatan justru lebih mirip perkedel ditusuk. Kata “lilit” berasal dari proses penempelan “luluh”, lumatan daging ikan, bumbu, dan bahan-bahan lainnya, di tusuk sate. Biasanya karena komposisi dagingnya cukup banyak, “luluh” sulit menempel di tusuk sate jika hanya dikepalkan, karena itu cara menempelkannya adalah dengan jumputan kecil-kecil yang ditekankan pada tusuk sate sambil memutarnya pelan-pelan.
Untuk mempermudah penempelan, tusuk sate untuk sate lilit bukan lidi atau batang bambu kecil tetapi dibuat dari pelepah kelapa yang dibelah cukup besar-besar. Di restoran-restoran papan atas, tusuk sate ini sering diganti dengan batang serai, selain nampak lebih cantik, aroma daun serai juga memperkuat cita rasa si sate lilit itu sendiri.

Keluyuran-Indonesia.blogpsot.com

Rabu, 10 Desember 2014

Tari Pendet,Bali






Halo teman - teman Keluyuran semuanya!Pada postingan kali ini kita akan ngebahas salah satu kesenian dari Pulau Dewata,Bali.Nah,pastinya setiap daerah memiliki tariannya masing-masing begitu juga Bali.Pastinya kalian uda gak asing lagi mendengar kata tarian pendet tapi kalian tahu gak sih lebih detailnya dari tarian satu ini?Yuk kita simak ceritanya!

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi 
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangkukendi,cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.
Nah gimana nih para sobat keluyuran pastinya uda pada tahu dong asal muasalnya tarian pendet dari bali ini?. Semoga informasi yang kita kasih tahu bermanfaat yah! dan jangan lupa ikutti postingan- postingan berikutnya karena bakalan banyak banget informasi - informasi tentang Indonesia!

Keluyuran-Indonesia.blogspot.com




Selasa, 09 Desember 2014

Pura Ulu Danu - Candi Kuning,Bali





Candi kuning merupakan desa paling Utara di kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, Bali. Di Candi Kuning ini terkenal dengan puranya yaitu Pura Ulun Danu. Pura ini adalah Pura Subak yang disungsung oleh para petani, karena danau Beratan adalah sumber mata air irigasi bagi sawah para petani. Di daerah berhawa sejuk ini Anda disajikan pesona keindahan Pura Ulun Danu bersanding dengan Danau Beratan sekaligus menikmati produk-produk kerajinan dan hasil kebudayaan masyarakat agraris Tabanan.

Pura Ulun Danu Beratan ini sudah ada sebelum tahun 1556. Pura Ulun Danu kemudian dibangun oleh Raja Mengwi I Gusti Agung Putu tahun 1633 yang berarsitektur campuran Hindu-Budha dan ditandai dengan stupa Budha. Semenjak pendirian pura tersebut termasyurlah kerajaan Mengwi, dan I Gusti Agung Putu digelari oleh rakyatnya “ I Gusti Agung Sakti”.

Di depan halaman sebelah kiri dari Pura Ulun Danu Beratan terdapat sebuah sarkopagus dan sebuah papan batu yang berasal dari masa tradisi megalitik, sekitar 500 SM. Kedua artefak tersebut sekarang ditempatkan masing-masing di atasbabaturan (teras). Diperkirakan bahwa lokasi Pura Ulun Danu Beratan telah digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan ritual sejak zaman megalitik.

Pura Ulun Danu Beratan terdiri dari 4 komplek pura, yaitu :Pura Lingga Petak, Pura Penataran Pucak Mangu, Pura Terate Bang, dan Pura Dalem Purwa berfungsi untuk memuja keagungan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti, guna memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia dan lestarinya alam semesta.Meskipun dianggap sebagai tempat pemujaan kepada trimurti (Dewa Wisnu, Brahma, dan Siwa), namun sebetulnya pura ini semula merupakan tempat untuk memuja Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang merupakan simbol bagi kesuburan.

Untuk memasuki obyek wisata Candi Kuning pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp. 10.000 per orang. Memasuki pintu masuk, pengunjung akan disambut dengan sepasang patung singa di kanan dan kiri jalan masuk. Pemandangan yang sangat menakjubkan terhampar di depan mata, perpaduan antara kemegahan gunung, hamparan danau Beratan dan keagungan pura Ulun Danu. Sebelum memasuki kompleks pura, di sebelah kanan dan kiri jalan setapak terdapat taman yang sangat besar dan luas. Pohon-pohon besar dan bunga-bunga yang cantik tertata rapi di taman tersebut, ada juga arena bermain anak yang terletak di taman sebelah kanan. Sangat bagus untuk diabadikan dalam jepretan kamera. Di sini juga terdapat rekreasi air yang menyediakan peminjaman speed boat, boat atap, sampan dayung dan perahu bebek.




Keluyuran-Indonesia.blogspot.com